Powered By Blogger

Rabu, 18 November 2009

Bangunan Unik

Gambar 1



Bangunan ini cukup unik,,
karena memiliki bentuk yang lain dari bangunan biasanya,,
dapat dilihat dari lekukan-lekukannya sehingga bangunan ini terlihat seperti bukan berada di dunia nyata,,
walaupun terlihat fleksibel, tetapi bangunan ini memiliki struktur yang cukup kuat,,


Prinsip Design:
1. Keseimbangan: Asimetri, karena bila dilihat atau ditarik garis di tengah-tengah bagian bangunan, tidak terlihat keseimbangan ataupun kesamaan antara sisi kanan dan sisi kirinya,,
2. Vokal Point: bagian tengah bangunan yang memiliki banyak kaca,,
karena memiliki struktur yang berbeda, dan tidak terdapat lekukan, sehingga terkesan kuat dan kaku, tidak seperti bagian yang lain.
3.Irama: Dinamis, karena ada perubahan bentuk pada bagian bangunan yang berlekuk, sehingga terlihat fleksibel dan seolah-olah bangunan tersebut bergerak,,
4.Skala: Normal,,
5.Proporsi: Memiliki proporsi yang cukup baik karena antara bagian2 bangunan (jendela, pintu, dll), memiliki ukuran yang pas dan sesuai dengan ukuran bangunan,,
6.Unity: Memiliki kesetuan bangunan yang baik, karena antar bagian bangunan terlihat utuh dan menjadi satu kesatuan,,


Gambar 2



Bangunan ini cukup unik,,
Karena memiliki bentuk yang menyerupai keranjang piknik,,
Dan penempatan bangunan ini juga cocok dengan suasananya yang sesuai untuk tempat piknik, sehingga dengan adanya bangunan ini menambah suasana menjadi lebih nyaman, dan menyenangkan..


Prinsip Design:
1. Keseimbangan: Simetri, karena bila dilihat atau ditarik garis di tengah-tengah bagian bangunan, terlihat keseimbangan ataupun kesamaan antara sisi kanan dan sisi kirinya,,
2. Vokal Point: bagian yang seperti gagang keranjang, karena memiliki bentuk yang lain sendiri, disamping itu, apabila bangunan tersebut tidak diberi bagian yang menyerupai gagang tsb, mungkin bangunan tidak akan terlihat seperti keranjang,,
3.Irama: Statis, karena tidak ada perubahan bentuk pada bagian bangunan (jendela, dll), sehingga terlihat monoton dan statis,,sehingga terkesan lebih kaku,,
4.Skala: Normal,,
5.Proporsi: Memiliki proporsi yang cukup baik karena antara bagian2 bangunan (jendela, pintu, dll), memiliki ukuran yang pas dan sesuai dengan ukuran bangunan,,
6.Unity: Memiliki kesetuan bangunan yang baik, karena antar bagian bangunan terlihat utuh dan menjadi satu kesatuan,,

Historical Building


Arsitektur Historical Building


Bangunan ini termasuk kelompok arsitektur historical building. Bangunan ini terlihat seperti istana kerajaan, menggambarkan bahwa bangunan tersebut seperti berasal dari zaman kuno yang memiliki suatu history atau sejarah.Bangunan ini memiliki struktur yang kuat dan megah menggambarkan kekuatan seperti halnya pemerintahan kerajaan zaman dahulu..

PrinsipDesign

1.Keseimbangan: Simetri, karena apabila ditarik garis pada pertengahan bangunan akan terlihat keseimbangan antara sisi kanan dan sisi kiri bangunan,,
2.Vokal Point: Bagian segitiga sebagai atap, karena memiliki bentuk yang berbeda dari bagian yang lain, sehingga menjadi fokus dan pusat perhatian,,
3.Irama: Statis, karena pada bagian tiang ataupun jendela memiliki perulangan bagian tanpa ada perubahan bentuk, sehingga terlihat statis,,
4.Skala: Normal
5.Proporsi: Kurang proporsi, karena ukuran jendela terlalu kecil dan kurang sesuai dengan ukuran bangunan yang besar dan megah,,
6.Unity: Memiliki kesatuan yang baik, karena antar bagian bangunan terlihat satu/utuh menjadi suatu kesatuan,,

Bangunan tahan gempa

Gambar 1


Bangunan ini cukup unik, berbentuk seperti kubah iglo orang eskimo. Tetapi bangunan ini merupakan bangunan tahan gempa. Bentuk kubah (setengah bola), dijadikan sebagai struktur bangunan tahan gempa, karena memiliki struktur yang sangat kuat, karena berbentuk setengah bola sehingga seluruh beban bertumpu pada pinggir diameternya menyebabkan bangunan ini kuat apabila ada goncangan gempa,,

PrinsipDesign

1.Keseimbangan: Simetri, karena apabila dilihat dari depan dan ditarik garis pada pertengahan bangunan akan terlihat kesamaan / keseimbangan antara sisi kanan dan sisi kiri bangunan,,
2.Irama: Dinamis, karena adanya perubahan bentuk dari diameter hingga atapnya maupun bagian bawah rumah, sehingga membentuk lekukan dan terkesan dinamis,,
3.Skala:Normal,,
4.Proporsi: Memiliki proporsi yang baik, karena antara bagian2 rumah (jendela, pintu, dll) dengan bangunan memiliki kesesuaian dan pas sesuai skala,,
5.Unity: Memiliki kesatuan yang baik karena antar bagian bangunan terlihat satu menjadi suatu kesatuan,,


Gambar 2



Bangunan seperti halnya rumah adat ini, memiliki bentuk yang khas dan terkesan sangat tradisional,,Tetapi di balik itu, bangunan ini merupakan bangunan yang tahan terhadap gempa,,Karena terbuat dari kayu, sehingga pada waktu ada goncangan tidak akan rubuh, karena memiliki engsel2 pada rangka bagunannya, dan bangunan akan mengikuti irama goncangan sehingga bangunan tidak rubuh.


Prinsip Design

1.Keseimbangan: Simetri, karena apabila dilihat dari depan dan ditarik garis pada pertengahan bangunan akan terlihat kesamaan / keseimbangan antara sisi kanan dan sisi kiri bangunan,,
2.Irama: Dinamis, karena adanya perubahan bentuk dari dasar bangunan hingga atapnya maupun bagian bawah rumah, sehingga terlihat tidak kaku,,
3.Skala: Normal,,
4.Proporsi: Memiliki proporsi yang baik, karena antara bagian2 rumah (jendela, pintu, dll) dengan bangunan memiliki kesesuaian dan pas sesuai skala,,
5.Unity: Memiliki kesatuan yang baik karena antar bagian bangunan terlihat satu menjadi suatu kesatuan,,

Gambar 3




PrinsipDesign

1.Keseimbangan: Simetri, karena apabila dilihat dari depan dan ditarik garis pada pertengahan bangunan akan terlihat kesamaan / keseimbangan antara sisi kanan dan sisi kiri bangunan,,
2.Irama: Dinamis, karena adanya perubahan bentuk dari diameter hingga atapnya maupun bagian bawah rumah, sehingga membentuk lekukan dan terkesan dinamis,,
3.Skala:Normal,,
4.Proporsi: Memiliki proporsi yang baik, karena antara bagian2 rumah (jendela, pintu, dll) dengan bangunan memiliki kesesuaian dan pas sesuai skala,,
5.Unity: Memiliki kesatuan yang baik karena antar bagian bangunan terlihat satu menjadi suatu kesatuan,,

Selasa, 10 November 2009

Arsitektur

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk.

Ruang lingkup dan keinginan

Menurut Vitruvius di dalam bukunya De Architectura (yang merupakan sumber tertulis paling tua yang masih ada hingga sekarang), bangunan yang baik haruslah memilik Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi (Utilitas); arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan koordinasi antara ketiga unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Dalam definisi modern, arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis. Namun, dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri di dalamnya sudah mencakup baik unsur estetika maupun psikologis.

Arsitektur adalah bidang multi-dispilin, termasuk di dalamnya adalah matematika, sains, seni, teknologi, humaniora, politik, sejarah, filsafat, dan sebagainya. Mengutip Vitruvius, "Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni". Ia pun menambahkan bahwa seorang arsitek harus fasih di dalam bidang musik, astronomi, dsb. Filsafat adalah salah satu yang utama di dalam pendekatan arsitektur. Rasionalisme, empirisisme, fenomenologi strukturalisme, post-strukturalisme, dan dekonstruktivisme adalah beberapa arahan dari filsafat yang mempengaruhi arsitektur.


Teori dan praktek

Pentingnya teori untuk menjadi rujukan praktek tidak boleh terlalu ditekankan, meskipun banyak arsitek mengabaikan teori sama sekali. Vitruvius berujar: "Praktek dan teori adalah akar arsitektur. Praktek adalah perenungan yang berkelanjutan terhadap pelaksanaan sebuah proyek atau pengerjaannya dengan tangan, dalam proses konversi bahan bangunan dengan cara yang terbaik. Teori adalah hasil pemikiran beralasan yang menjelaskan proses konversi bahan bangunan menjadi hasil akhir sebagai jawaban terhadap suatu persoalan. Seorang arsitek yang berpraktek tanpa dasar teori tidak dapat menjelaskan alasan dan dasar mengenai bentuk-bentuk yang dia pilih. Sementara arsitek yang berteori tanpa berpraktek hanya berpegang kepada "bayangan" dan bukannya substansi. Seorang arsitek yang berpegang pada teori dan praktek, ia memiliki senjata ganda. Ia dapat membuktikan kebenaran hasil rancangannya dan juga dapat mewujudkannya dalam pelaksanaan".

Sejarah


Arsitektur lahir dari dinamika antara kebutuhan (kebutuhan kondisi lingkungan yang kondusif, keamanan, dsb), dan cara (bahan bangunan yang tersedia dan teknologi konstruksi). Arsitektur prasejarah dan primitif merupakan tahap awal dinamika ini. Kemudian manusia menjadi lebih maju dan pengetahuan mulai terbentuk melalui tradisi lisan dan praktek-praktek, arsitektur berkembang menjadi ketrampilan. Pada tahap ini lah terdapat proses uji coba, improvisasi, atau peniruan sehingga menjadi hasil yang sukses. Seorang arsitek saat itu bukanlah seorang figur penting, ia semata-mata melanjutkan tradisi. Arsitektur Vernakular lahir dari pendekatan yang demikian dan hingga kini masih dilakukan di banyak bagian dunia.

Permukiman manusia di masa lalu pada dasarnya bersifat rural. Kemudian timbullah surplus produksi, sehingga masyarakat rural berkembang menjadi masyarakat urban. Kompleksitas bangunan dan tipologinya pun meningkat. Teknologi pembangunan fasilitas umum seperti jalan dan jembatan pun berkembang. Tipologi bangunan baru seperti sekolah, rumah sakit, dan sarana rekreasi pun bermunculan. Arsitektur Religius tetap menjadi bagian penting di dalam masyarakat. Gaya-gaya arsitektur berkembang, dan karya tulis mengenai arsitektur mulai bermunculan. Karya-karya tulis tersebut menjadi kumpulan aturan (kanon) untuk diikuti khususnya dalam pembangunan arsitektur religius. Contoh kanon ini antara lain adalah karya-karya tulis oleh Vitruvius, atau Vaastu Shastra dari India purba. Di periode Klasik dan Abad Pertengahan Eropa, bangunan bukanlah hasil karya arsitek-arsitek individual, tetapi asosiasi profesi (guild) dibentuk oleh para artisan / ahli keterampilan bangunan untuk mengorganisasi proyek.

Pada masa Pencerahan, humaniora dan penekanan terhadap individual menjadi lebih penting daripada agama, dan menjadi awal yang baru dalam arsitektur. Pembangunan ditugaskan kepada arsitek-arsitek individual - Michaelangelo, Brunelleschi, Leonardo da Vinci - dan kultus individu pun dimulai. Namun pada saat itu, tidak ada pembagian tugas yang jelas antara seniman, arsitek, maupun insinyur atau bidang-bidang kerja lain yang berhubungan. Pada tahap ini, seorang seniman pun dapat merancang jembatan karena penghitungan struktur di dalamnya masih bersifat umum.

Bersamaan dengan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang ilmu (misalnya engineering), dan munculnya bahan-bahan bangunan baru serta teknologi, seorang arsitek menggeser fokusnya dari aspek teknis bangunan menuju ke estetika. Kemudian bermunculanlah "arsitek priyayi" yang biasanya berurusan dengan bouwheer (klien)kaya dan berkonsentrasi pada unsur visual dalam bentuk yang merujuk pada contoh-contoh historis. Pada abad ke-19, Ecole des Beaux Arts di Prancis melatih calon-calon arsitek menciptakan sketsa-sketsa dan gambar cantik tanpa menekankan konteksnya.

Sementara itu, Revolusi Industri membuka pintu untuk konsumsi umum, sehingga estetika menjadi ukuran yang dapat dicapai bahkan oleh kelas menengah. Dulunya produk-produk berornamen estetis terbatas dalam lingkup keterampilan yang mahal, menjadi terjangkau melalui produksi massal. Produk-produk sedemikian tidaklah memiliki keindahan dan kejujuran dalam ekspresi dari sebuah proses produksi.

Ketidakpuasan terhadap situasi sedemikian pada awal abad ke-20 melahirkan pemikiran-pemikiran yang mendasari Arsitektur Modern, antara lain, Deutscher Werkbund (dibentuk 1907) yang memproduksi obyek-obyek buatan mesin dengan kualitas yang lebih baik merupakan titik lahirnya profesi dalam bidang desain industri. Setelah itu, sekolah Bauhaus (dibentuk di Jerman tahun 1919) menolak masa lalu sejarah dan memilih melihat arsitektur sebagai sintesa seni, ketrampilan, dan teknologi.

Ketika Arsitektur Modern mulai dipraktekkan, ia adalah sebuah pergerakan garda depan dengan dasar moral, filosofis, dan estetis. Kebenaran dicari dengan menolak sejarah dan menoleh kepada fungsi yang melahirkan bentuk. Arsitek lantas menjadi figur penting dan dijuluki sebagai "master". Kemudian arsitektur modern masuk ke dalam lingkup produksi masal karena kesederhanaannya dan faktor ekonomi.

Namun, masyarakat umum merasakan adanya penurunan mutu dalam arsitektur modern pada tahun 1960-an, antara lain karena kekurangan makna, kemandulan, keburukan, keseragaman, serta dampak-dampak psikologisnya. Sebagian arsitek menjawabnya melalui Arsitektur Post-Modern dengan usaha membentuk arsitektur yang lebih dapat diterima umum pada tingkat visual, meski dengan mengorbankan kedalamannya. Robert Venturi berpendapat bahwa "gubuk berhias / decorated shed" (bangunan biasa yang interior-nya dirancang secara fungsional sementara eksterior-nya diberi hiasan) adalah lebih baik daripada sebuah "bebek / duck" (bangunan di mana baik bentuk dan fungsinya menjadi satu). Pendapat Venturi ini menjadi dasar pendekatan Arsitektur Post-Modern.

Sebagian arsitek lain (dan juga non-arsitek) menjawab dengan menunjukkan apa yang mereka pikir sebagai akar masalahnya. Mereka merasa bahwa arsitektur bukanlah perburuan filosofis atau estetis pribadi oleh perorangan, melainkan arsitektur haruslah mempertimbangkan kebutuhan manusia sehari-hari dan menggunakan teknologi untuk mencapai lingkungan yang dapat ditempati. Design Methodology Movement yang melibatkan orang-orang seperti Chris Jones atau Christopher Alexander mulai mencari proses yang lebih inklusif dalam perancangan, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Peneilitian mendalam dalam berbagai bidang seperti perilaku, lingkungan, dan humaniora dilakukan untuk menjadi dasar proses perancangan.

Bersamaan dengan meningkatnya kompleksitas bangunan,arsitektur menjadi lebih multi-disiplin daripada sebelumnya. Arsitektur sekarang ini membutuhkan sekumpulan profesional dalam pengerjaannya. Inilah keadaan profesi arsitek sekarang ini. Namun demikian, arsitek individu masih disukai dan dicari dalam perancangan bangunan yang bermakna simbol budaya. Contohnya, sebuah museum senirupa menjadi lahan eksperimentasi gaya dekonstruktivis sekarang ini, namun esok hari mungkin sesuatu yang lain.

Kesimpulan

bangunan adalah produksi manusia yang paling kasat mata. Namun, kebanyakan bangunan masih dirancang oleh masyarakat sendiri atau tukang-tukang batu di negara-negara berkembang, atau melalui standar produksi di negara-negara maju. Arsitek tetaplah tersisih dalam produksi bangunan. Keahlian arsitek hanya dicari dalam pembangunan tipe bangunan yang rumit, atau bangunan yang memiliki makna budaya / politis yang penting. Dan inilah yang diterima oleh masyarakat umum sebagai arsitektur. Peran arsitek, meski senantiasa berubah, tidak pernah menjadi yang utama dan tidak pernah berdiri sendiri. Selalu akan ada dialog antara masyarakat dengan sang arsitek. Dan hasilnya adalah sebuah dialog yang dapat dijuluki sebagai arsitektur, sebagai sebuah produk dan sebuah disiplin ilmu.

Mario Botha

. Mario Botta adalah tokoh arsitek pembaharu dan pendobrak mode Eropa yang lahir di Mendrisio Swiss tahun 1943, karya-karyanya seringkali dikaitkan dengan Post-Modernism.

Latar Belakang Budaya

Negara Swiss sebagai suatu negara asal Mario Botta merupakan suatu phenomena kultural tersendiri. Negara itu berdasar budaya dan bahasa "terbelah" menjadi dua kutub : Germany dan Roman (Italia dan Perancis). Dalam sejarah rancang bangunan, kedua geografi kultural itu tidak hanya berlainan posisi demografis, tetapi mengakar dan mewujud dalam representasi dan pernyataan gubahan bentuk. Swiss bagian utara mendapat aksen Germany yang sangaat kuat dengan arah dan orientasi yang kuat pada transformasi tradisional ke rasional, pengakuan individual dan industrial. Sementara di Selatan, corak bangunan sangat dipengaruhi oleh keragaman sumber yang kaya akan kemungkinan dan kebutuhan untuk mencari representasi kolektif tipologik.

Selatan Swiss lebih terbuka dan hangat secara sosial. Pada lanskap dan topografi bangunannya, Utara dan Selatan Swiss tidak mudah dapat dibedakan melalui suatu generalisasi. Sebab disana-sini terdapat banyak "interfaces" dan
kerangka dasar yang sama oleh sistem pendidikan (ETH Zurich dan Laussane) juga oleh Peraturan Bangunan (Building Codes); meskipun dari satu Kantoon ke yang lainnya ada beberapa perbedaan.

Bagi Sejarah Seni Bangunan, Swiss pada Abad ke 20 bukanlah negeri yang tidak dikenal sebagai panggung yang memikat pelajar dan praktisi rancang bangunan. Hannes Meyer (1889-1954) yang pernah memimpin Bauhaus yang terkenal itu. merupakan putra Swiss. idea modern dalam seni bangunan masih merupakan tradisi tersendiri di Swiss. Kelanjutan tradisi modernistik dalam seni bangunan tidak menyurut, tetapi hingga kini berlanjut. Yang sangat menarik, Mario Botta berada pada posisi berkarya di antara kebutuhan dan pengaruh yang kuat: "Modernisme" dan "Historisme" khususnya dalam konteks warisan prinsip seni bangunan Palladian.Representasi yang kuat dari yang terakhir ini dipelopori oleh Bruno Reichlin dan Fabio Reinhart ; yang merupakan kolega dekat Mario Botta dalam apa yang kemudian dikenal sebagai Aliran Tessin. Corak bangunan Palladian memiliki kontinuitas yang kuat di Italia Utara termasuk Swiss; dari Palladio akhir Abad 16, dilanjutkan oleh Scamozi pada awal abad 17, kemudian Lord Burlington di Inggris pertengahan Abad ke 18, hingga puncaknya pada Durand di awal Abad ke 19. Dalam beberapa hal rancang bangun, Mario Botta sangat kuat menganut gubahan geometri abstrak
yang kuat sebagaimana para arsitek modern sejak 1920-an; khususnya Le Corbusier. Sekalipun demikian Botta tidaklah cenderung pada Eklektisme pada seni bangunan klasik seperti oleh Andrea Paladio pada Abad ke 16.

Dari Casa Cadenazzo hingga Casa Rotonda: Debut Botta

Pada awal masa kiprahnya sebagai arsitek, Mario Botta semula dikenal sebagai arsitek rumah tinggal. Botta membangun rumah-rumah tinggal di: Cadenazzo , Riva San Vitale dan Ligornetto. Setelah menamatkan pendidikan arsitektur di Milan dan Venezia, Botta melengkapi debutnya sebagai arsitek terkenal Eropa dengan Rumah Tinggal: Casa rotonda 1980-82 di Stabio. Tentang hunian, Botta punya idea tersendiri yang tampaknya bertentangan dengan Giorgio Grassi yang menuntut hubungan harmoni melalui suatu nilai kolektif suatu bentuk
diantara masyarakatnya. Sementara, Botta justru sebaliknya, mengundang suatu "interplay" antara luar dan dalam yang mampu menghasilkan suatu jalinan kerjasama melalui "redefinisi bentuk" yang sudah dikenal. Botta
tidak segan-segan memberi tempat pada keragaman tuntutan nilai dari perorangan dan eksperimen bentuk dengan tidak menafikan kepentingan kolektif untuk keseragaman dan rasionalitas.

Disain rumah hunian yang dimulainya sejak tahun 1961, merupakan suatu penjelajahan segala kemungkinan.Kesimpulan sementara yang diperolehnya ternyata tipologi hunian untuk keluarga tidak nampak lagi.
Botta tidak putus asa, namun terus mencari pendefinisian kembali unsur-unsur tradisional rancang bangunan. Idea Casa Rotunda merupakan gubahan yang sama sekali lain dan menggugah citra rasa historik . Bentuk cylindric yang dipilihnya untuk Casa Rotonda mengingatkan orang pada Menara Hunian Abad Pertengahan. Casa ini bukan hanya punya konteks historik pada daerah Tesin, tetapi sangat sensitif mengakomodasi iklimnya. Teriknya matahari ditanggulangi oleh dinding yang tegar dan masif, sementara pemandangan ke lembah Tesin dibuka dengan jendela dan teras yang optimum dengan komposisi yang dramatik.

Senin, 09 November 2009

Bangunan Sudirman






























Balai Sarbini adalah salah satu concert hall yang berada di Jakarta. Awal berdirinya gedung ini digagas oleh HM Sarbini yang merupakan tokoh penting TNI. Peletakan batu pertama dilakukan oleh Sukarno pada tahun 1965 dan diresmikan oleh presiden Suharto pada tahun Maret 1973 dengan nama Gedung Veteran RI. Balai Sarbini kemudian direhabilitasi dan diresmikan kembali oleh presiden Megawati Sukarnoputri pada tahun 2004. Beberapa event ternama yang sering digelar di Balai Sarbini misalnya Indonesian Idol , dan masih banyak yang lainnya,,

Balai sarbini memiliki bentuk yang unik dan tidak seperti bangunan-bangunan biasanya,,Gedung ini digunakan untuk event seperti konser atau untuk acara yang lain,,
Bangunan ini memiliki bentuk seperti kubah, dimana panggung konser dikelilingi oloh bangku-bangku penonton, sehingga dapat dilihat dari berbagai arah,,
Bangunan ini memiliki konsep arsitektur yang sesuai dengan kegunaannya, yaitu sebagai hall pertunjukan,.Sehingga tanpa harus melihat dari dalam, kita dapat mengetahui dari bagian bangunan yang di luar, bahwa ini adalah bangunan untuk pertunjukan event,,Penempatan gedung ini juga sesuai dengan aktifitas keramaian yang berada di pusat perbelanjaan, Plaza Semanggi,,Sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat,,
Penempatan interior bangunan ini juga memiliki tataan yang sangat baik,,menggunakan prinsip arsitektural yang sesuai dengan kegunaan bangunan, dan dirancang dengan sisitematis, agar pada waktu event diadakan,apat berjalan dengan baik dan teratur,, Begitu juga dengan penempatan lampu pada luar maupun dalam bangunan, ditata dengan baik, sehingga bangunan ini dapat menjadi pusat perhatian karena memiliki vocal point,,


PrinsipDesign:
1. Keseimbangan: Simetri, karena bila dilihat atau ditarik garis di tengah-tengah bagian bangunan, terlihat keseimbangan ataupun kesamaan antara sisi kanan dan sisi kirinya,,
2. Vokal Point: bagian yang seperti kubah dan lampu (pada malam hari), karena memiliki bentuk yang lain sendiri, dan apabila malam hari lampunya menjadi pusat perhatian,,sehingga bangunan tersebut terlihat lain dari yang lain,,
3.Irama: Dinamis, karena ada perubahan bentuk pada bagian bangunan dari bagian dasar gedung hingga atapnya yang berbentuk kubah, sehingga terlihat tidak kaku dengan adanya lekukan, dan terkesan dinamis,,
4.Skala: Normal,,
5.Proporsi: Memiliki proporsi yang cukup baik karena antara bagian2 bangunan (penempatan lampu, pilar, pintu, dll), memiliki ukuran yang pas dan sesuai dengan ukuran bangunan,,
6.Unity: Memiliki kesetuan bangunan yang baik, karena antar bagian bangunan terlihat utuh dan menjadi satu kesatuan,,